IL FEEL




           Semenjak saya di Bandung, saya mempunyai ust.favorit nih namanya Ust. Hanan Attaki. Saya mulai senang dengan kajian-kajiannya beliau itu saat mendengarkan tausiah beliau yang berjudul Khadijah. Beliau mengisahkan bagaimana luar biasanya Bunda Siti Khadijah sebagai hamba Allah. istri sholehah bagi Rasulullah dan sebagai ibu sholehah bagi anak-anaknya. Keren banget deh pokokya! Tapi kali ini kita tidak akan membahas tentang Bunda Siti Khadijah yaa. . . . yang akan kita bahas sekarang itu adalah tentang IL FEEL. Do you know IL FEEL? Apa sih IL  FEEL itu? Kita sering bilangnya IL FEEL itu  Ilang Feeling. Iya gak? Hehe
Kalau kata saya nih, IL FEEL itu semacam ungkapan perasaan kurang nyaman mungkin ya atau tidak suka dengan sikap seseorang kepada kita. Perasaan yang wajar sih sebenarnya tetapi usahakan harus dihindari yaa, kurang baik. Nah kalau orang lain IL FEEL sama kita gimana? Yaa wajar juga, kita aja bisa ILFEEL sama orang masa orang lain ga bisa ILFEEL sama kita? Hehe . . Tapi kita tetap harus berusaha untuk tidak membuat orang lain IL FEEL sama kita yaa, kebayang dong gimana perasaannya di IL FEEL-in sama orang lain, hmm makanya kita harus bisa menjaga  sikap agar tidak  menyakiti perasaan orang lain,  biar ga di IL-FEELin gitu.
Btw, menjaga perasaan orang lain itu merupakan salah satu teladan Rasulullah lhoo, ini tuh bakal berpengaruh banget sama kehidupan kita.  Ko bisa ya?
Baca terus sampai bawah yaa hehe

                Kita ambil salah satu kisah dalam Alquran terkait menjaga perasaan orang lain, kisahnya ada dalam QS Al-Ahzab ayat 37. Ayat tersebut mengisahkan tentang peristiwa pernikahan Rasulullah dengan Zainab, salah satu istri Rasul. Kisah ini berawal saat Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah untuk menikahkan Zainab dengan Zaid (anak angkat beliau). Zainab merupakan orang yang terpelajar, terhormat, dan kaya sedangkan Zaid adalah mantan budak. Jika dilihat dari status sosialnya, Zaid tidak satu level dengan Zainab sehingga ketika Rasulullah datang, Zainab mengatakan, “Yaa Rasulullah saya tidak cinta kepada Zaid, bagaimana saya akan menikah dengannya?” tanya Zainab. Setelah Zainab bertanya kepada Rasul, turunlah ayat 36 dari QS. Al-Ahzab yang mengatakan bahwa tidak boleh seseorang yang mengaku beriman, ketika Allah memerintahkan sesuatu lalu dia mengatakan “tidak” atau “dia punya pilihan” selain mengatakan “sami’na wa’athona” (kami mendengar dan kami taat). Lalu kata Rasul, “Ya Zainab tidak boleh menolak, ini adalah perintah dari Allah karena Allah punya rencana dalam setiap syariatnya”. Karena Zainab merupakan wanita sholehah, maka ketika mendengar jawaban Rasul dan Zainab tau bahwa pernikahan ini merupakan perintah dari Allah maka Zainab langsung sami’na wa’athona. “Baiklah saya terima Yaa Rasulullah”.
                Tanpa berfikir panjang, Zainab menerima lamaran Rasul untuk Zaid padahal Zainab tidak mempunyai perasaan kepada Zaid. Mengapa? Karena dimasa itu CINTA tuh no.2, yang pertama itu KETAATAN kepada Allah, nah kalau jaman sekarang? Hehe. .  Jaman sekarang mah kebalik yaa, dimanaa CINTA itu no.1 dan KETAATAN entah nomor keberapa. Jadi,  kalau dulu iman kepada Allah, taat kepada Allah itu nomor satu. Sehingga cinta dalam ketaatan kepada Allah itu kemudian Allah limpahkan kasih sayang, rahmat dan keberkahan. Sedangkan cinta yang  tidak taat kepada Allah, Allah cabut kasih sayang, rahmat dan keberkahannya. Masya Allah banget kan, itu buah dari ketaatan.
                Okee kita balik lagi ya ke kisahnya Zainab dan Zaid.
                Zainab itu tidak cinta kepada Zaid tapi Zaid? Zaid cinta kepada Zainab, ya gimana gak cinta dapet orang yang terpelajar, cantik, terhormat, kaya, sholehah, keren pisaan ini akhwat pokoknya. (Jaman sekarang masih ada gak ya akhwat seperti ini? hehe). Udah ah, lanjut yaa… Hmm Zaid memiliki perasaan kepada Zainab, Akan tetapi, Zaid gak percaya diri sehingga berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah jangan sama Zainab saya merasa tidak enak”. Mendengar perkataan Zaid, dibacakan lagi ayat 36 oleh Rasul bahwa ini adalah perintah dari Allah. Sehingga Zaid pun sam’ina wa’athona.

                Btw lagi nih yaa Zaid itu orang yang pertama-tama masuk islam urutan ketiga setelah Siti Khadijah dan Ali. Orang sholeh banget, termasuk assabiqunal awwalun yang sudah dijamin syurga., dihapuskan dosa-dosanya, gelarnya Radiyallahu anhum banget. Kenapa pake banget? Karena awal banget, ketika orang-orang banyak yang memusuhi Rasul, Zaid sudah beriman dan membela Rasulullah SAW. Zainab pun sama, beliau perempuan yang luar biasa, sholehah. Nah kemdian menikahlah mereka, setelah menikah namanya dari awal gak cocok, Zainab gak ada perasaan, beda level, komunikasi pun jadi gak nyambung, sehingga terjadi cekcok padahal pernikahan meraka baru jalan satu tahun. Karena kondisi tersebut, akhirnya Zaid berfikir untuk bercerai dengan Zainab, daripada dia dzalim kepada Zainab dan Zainab juga dzalim terhadapnya lebih baik berpisah saja jalan sendiri-sendiri. Sebelum memutuskan itu, Zaid menemui Rasulullah terlebih dahulu untuk meminta nasihat. Ketika zaid sedang dijalan menemui Rasulullah yang juga ayah angkatnya itu, malaikat Jibril turun dan menemui Rasul lalu mengatakan “Yaa Muhammad nanti sebentar lagi akan datang anak angkatmu Zaid, dia akan meminta nasihat tentang istrinya. Kalau dia minta nasihat, suruh dia untuk menceraikan istrinya karena nanti istrinya akan menikah denganmu Muhammad”. Jadi Rasulullah sudah mendapatkan bocoran dari langit. Mendengar apa yang dikatakan oleh Jibril, Rasulullah bingung, tidak enak rasanya jika harrus berkata seperti itu kepada Zaid. Walaupun sebenarnya Rasulullah juga tertarik kepada Zainab begitu pula dengan Zainab mempunyai perasaan kepada Rasullullah. Tapi, pada masa itu ketertarikan bukanlah segalanya,  fallin in love bukanlah segalanya, ia masih bisa dibendung dengan iman dan ketaatan kepada Allah. Rasulullah dan Zainab memang sama-sama tertarik, hanya saja mereka masih terhormat saling menjga diri.

                Datanglah Zaid ke rumah Rasulullah lalu berkata, “Yaa Rasulullah saya sayang sekali kepada Zainab, saya ingin membahagiakan Zainab, saya ingin pernikahan ini dunia akhirat. Tapi Zainab tidak punya perasaan kepada saya, dipaksakan juga susah sehingga kami sering cekcok dalam rumah tangga,  ini bagaimana ya Rasul?”
Kata Rasul, “Ya zaid, tahan dulu jangan ceraikan dulu, sabar saja. Bertakwalah kepada Allah siapa orang yang bertakwa, Allah kasih jalan keluar”. Rasulullah tidak menyarankan Zaid untuk bercerai padahal beliau sudah mendapat bocoran dari langit bahwa Zaid harus bercerai dengan Zainab. Mengapa seperti itu? Karena Rasulullah sangat menjaga perasaan Zaid, beliau tidak ingin menyakiti perasaan Zaid, tidak ingin mengecewakan Zaid. Akan tetapi walaupun sudah disarankan untuk tetap bersabar, jangan ceraikan, karena ini merupakan ketetapan dari Allah maka Zaid dan Zainab pun bercerai dan kabar ini sampai kepada Rasulullah, bagaimana perasaan Rasul? Rasul sedih mendengar kabar perceraian Zaid dan Zainab.
                Kalau di jaman sekarang, mungkin udah seneng yaa ngedenger kabar orang yang kita sukai berpisah dengan pasangannya. Karena itu merupakan kesempatan untuk kita, astaghfirullah. Ini nih bedanya kita dengan orang-orang sholeh jaman dulu apalagi jika dibandingkan dengan Rasulullah, sangat jauh berbeda. Tapi kita tetep minta sama Allah semoga kita meneladani akhlak beliau. Nah, bagaimana nih kelanjutan kisah Zaid dan Zainab? Nihh. . .

                Setelah masa iddah Zainab selesai, Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk melamar Zainab. Tapi Rasulullah merasa tidak enak kepada Zaid sehingga Rasulullah tidak langsung menunaikan perintah tersebut. Karena ini kemudian turun QS Al-Ahzab ayat 37 kata Allah, Engkau merasa tidak enak hati kepada manusia padahal harusnya engkau lebih  merasa begitu kepada Allah. Lengkapnya terjemahan dari ayat tersebut adalah,
                Dan (ingatlah), ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan ni’mat kepadanya dan  kamu (juga) telah memberi ni’mat kepadanya: ‘Tahanlah terus isterimu dan bertakwalah kepada Allah’, sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti. Maka tatkala Zaid telah mengakhiri keperluan terhadap isterinya (menceraikannya), Kami kawinkan kamu dengan dia supaya tidak ada keberatan  bagi orang mu’min untuk (mengawini) isteri-isteri anak-anak angkat mereka, apabila anak-anak angkat itu    telah menyelesaikan keperluannya daripada isterinya. Dan adalah ketetapan Allah itu pasti terjadi”.
Maka menikahlah Rasulullah dengan Zainab, lalu bagaimana dengan Zaid? selepas bercerai dengan Zainab, Zaid dikarunai seorang istri yang sholehah pula, yang kemudian dari pernikahan tersebut lahir anak yaitu Usamah bin zaid salah satu panglima perang kaum muslimin. Masya Allah.

                Inti dari kisah ini apa? Intinya adalah bagaimana perasaaan Rasulullah, bagaimana beliau sangat menjaga perasaan orang lain. Jika ada yang memusuhi Rasulullah, itu bukan karena Rasul menyakiti mereka, tapi karena mereka punya dengki dalam hatinya. Rasulullah sama sekali tak ada niat menyakiti mereka jangankan kepada orang Mekkah, orang muslim, bahkan kepada orang kafir pun sangat menjaga, termasuk dalam urusan perintah Allah. Sebegitu besarnya Rasulullah menjaga perasaan orang lain sampai yang wajib pun Rasulullah masih memikirkan perasaan. Ada seorang sahabat yang bertanya , “Yaa Rasulullah amal apa yang paling disukai oleh Allah?” Kemudian Rasul menjawab, “Amal yang paling disukai Allah itu adalah menyenagkan hati orang lain”. Nah ternyata amalan ini paling disukai oleh Allah.
               
                Maka dari itu jangan bikin orang IL FELL, kita belajar dari kisah tersebut bagaimana kita bisa  menjadi pribadi yang menjaga perasaan orang lain. Oke, di awal dikatakan bahwa ini bakal berpengaruh banget sama kehidupan kita, kenapa? Ya jelas, menyenangkan hati orang lain itu merupakan amalan yang paling disukai oleh Allah. Ketika kita menjaga perasaan orang lain, maka Allah akan menjaga perasaan kita melalui orang-orang yang ada di sekitar kita. Jadi ga ada tuh yang namanya kita di ILFEEL-in atau kita IL FEEL sama orang. Wiiih kereen yaa, bahagia banget kayaknya hidup kita kalau kayak gitu, gak saling nyakitin perasaan. Karena perasaan diciptakan bukan untuk disakiti, iya kan? Ciyeee. . . ahaha

                Saya banyak mengambil pelajaran dari kisah ini, jleebb bangett. Kesindir banget, maluu sama Allah soalnya belum bisa kayak gitu. Tapi tak ada kata terlambat untuk belajar, karena pribadi yang baik adalah pribadi yang terus belajar dan memperbaiki dirinya.  Semoga bermanfaat yaa kawan-kawan  ^_^

4 komentar

  1. Balasan
    1. iseng pak pngen nulis tp bngung nulis apa jd we hehe

      Hapus
  2. SubhanAlloh, jleb pisan. Hatur nuhun Teh Guru

    BalasHapus
    Balasan
    1. sami2 kang, mugia manfaat. Tunggu postingan selanjutnya ya hehe

      Hapus