Lihatlah ia begitu lembut dan tenang, tak ada curiga apalagi buruk sangka pada setiap orang yang mengunjunginya. Bahkan ia mampu membuat orang-orang di sekitarnya mengingat Allah, Sang Pencipta. Melafadzkan kalimat-kalimat suci tanda ketakjuban pada Dia Yang Maha Kuasa. Air itu begitu mempesona, mampu memberikan aura positif bagi siapa saja yang melihatnya.
Lihatlah, ia sudah banyak memberikan pelajaran pada kita semua sebagai manusia. Tidakkah kita belajar darinya? Kelembutannya mampu menghadirkan kenyamanan, sudahkah kita melakukan hal yang sama?
Sayangnya, sebaliknya.
Kita lebih sering berkata kasar, tak santun dalam berucap, tak sopan dalam bersikap.
Sifat kasar kita lebih mudah tampak daripada sifat lembut kita.
Lisan kita lebih mudah menyinggung daripada menyanjung
Sikap kita lebih mudah menyakiti daripada menyenangkan hati
Lihatlah, jangankan buruk sangka curiga saja tak ada. Padahal bisa saja manusia merusaknya , bisa saja manusia berbuat yang tidak-tidak demi kepentingannya. Tapi sungguh, air itu tidak berprasangka apa-apa, karena jika ia berburuk sangka mungkin air itu sudah berubah menjadi tegas bahkan keras, bukan ketenangan atau kenyamanan lagi yang ia hadirkan tapi kekhawatiran atau mungkin bencana yang merugikan.
Tapi, tidak bukan? Air itu tetap berhusnudzon.
Nah, kita? Kita justru sebaliknya.
Kita lebih mudah salah paham terhadap apa yang orang lain katakan
Kita lebih mudah salah sangka terhadap sikap orang lain pada kita
Ya, kita lebih sering menaruh curiga daripada berbaik sangka.
Kita lebih mudah menyalahkan daripada mengakui kesalahan
Kita leibih mudah tersinggung hingga lupa bahwa kita pun sering menyinggung
Perhatian mereka kita anggap topeng, kebaikan mereka kita anggap dusta. Mereka yang menasihati kita anggap sok suci. Apa sebenarnya mau kita? Sehingga begitu mudahnya bersu’udzon pada mereka saudara atau teman-teman kita. Tak malukah kita pada air itu?
Maka jangan salahkan mereka yang membenci kita, yang menjauhi kita, bahkan menghina dan mencaci kita. Karena bisa jadi itu adalah ungkapan kekecewaan atas apa yang kita lakukan pada mereka.
Lihat diri, cek hati, imtrospeksi! Bukan malah menyalahkan yang membenci.
Dari air itu kita belajar bagaimana menjadi pribadi yang menyenangkan hati bukan malah memicu benci. Kita juga belajar bahwa pelajaran tidak selalu kita dapatkan di bangku sekolah. Tapi pelajaran sesungguhnya kita dapatkan disekitar kita, pelajaran hidup untuk seumur hidup.
Semoga kita termasuk orang-orang yang pandai mengambil pelajaran.
Selamat dan semangat belajar :)
0 komentar