Pendidikan Sebagai Kunci Penguatan Peran Perempuan


“Ah, buat apa wanita sekolah tinggi-tinggi toh pada ujungnya bakal di dapur juga.”


Sebuah kalimat yang mungkin sering terdengar terucap dari lisan para orang tua terutama di daerah yang memang akses pendidikannya tidak mudah. Mindset tentang perempuan yang hanya bisa tinggal di rumah urus dapur, sumur dan kasur menjadi satu hal biasa yang sering dilontarkan dan sudah tertanam di dalam pikiran para orang tua terutama di pedesaan. Sedih memang tapi kita tak bisa menyalahkan mereka, mindset tersebut muncul karena dipicu oleh beberapa faktor salah satunya adalah pendidikan. Mindset itu ditanamkan dari generasi ke generasi bukan tanpa alasan, faktor ekonomi menjadi salah satu pemicu apalagi di daerah yang jauh dari perkotaan. Meski demikian, perlahan mindset itu mulai berubah di beberapa daerah. Dulu saat saya kuliah banyak teman-teman saya yang dari daerah ikut mengenyam pendidikan yang sama. Mereka berjuang mengenyam pedidikan tinggi di kota dengan berbagai usaha yang dilakukan salah satunya beasiswa. Bahkan banyak diantara mereka yang orang tuanya harus menjual harta benda demi bisa menyekolahkan anak-anaknya.


Data Susenas Terkait Pendidikan 

Data Susenas tahun 2018 menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk perempuan yang berusia di atas 15 tahun adalah 9,31 tahun di perkotaan dan 6,95 tahun di pedesaan. Jika dilihat dari segi jenjang, perempuan di perkotaan yang berusia di atas 15 tahun rata-rata sekolah hingga kelas 1 SMA dan perempuan di pedesaan rata-rata sekolah hingga kelas 6 SD atau kelas 1 SMP.

Sedangkan jika dilihat dari partisipasi murni terhadap perguruan tinggi, persentase perempuan ternyata lebih tinggi daripada laki-laki. Sekitar 2 dari 10 penduduk perempuan yang berusia19-24 tahun masih bersekolah pada jenjang perguruan tinggi.


Tetapi secara umum angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas, saat ini angka laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Itu artinya angka melek huruf  penduduk perempuan masih rendah dibandungkan laki-laki, mungkin salah satunya karena mindset yang tertanam tadi.  Pola capaian kemampuan membaca dan menulis perempuan yang lebih rendah dibandingkan laki-laki juga terjadi di daerah perkotaan dan perdesaan. Akan tetapi, kemampuan membaca dan menulis di perkotaan masih lebih tinggi dibandingkan di perdesaan. Angka melek huruf perempuan dan laki-laki 15 tahun ke atas di perkotaan masing-masing sebesar 96,46 persen dan 98,67 persen, sedangkan di perdesaan masing-masing sebesar 90,93 persen dan 95,67 persen.

Menurut beberapa ahli, perempuan harus memiliki kemampuan literasi agar mereka dapat berperan lebih jauh dalam melaksanakan kewajiban dan mengklaim hak-hak mereka sebagai perempuan dan warga negara Indonesia. Akan tetapi, hal tersebut masih terkendala dengan kemampuan ekonomi (kemiskinan).  

 


                       R.A Kartini dan Perjuangannya

Mari kita flashback ke belakang, kita semua mengetahui bagaimana penggerak emansipasi wanita yaitu R.A Kartini begitu menjunjung tinggi pendidikan untuk perempuan.


Bila dengan sebenarnya hendak memajukan peradaban, maka haruslah kecerdasan pikiran dan kecerdasan budi sama-sama dimajukan.”

(R.A Kartini)


Itulah sepenggal kalimat yang ditulis oleh R.A Kartini dalam bukunya yang berjudul ‘Habis Gelap Terbitlah Terang’. Kalimat yang begitu sarat makna sebagai bukti betapa pedulinya beliau terhadap pendidikan. Perjuangannya dalam menyuarakan emansipasi wanita sangat luar biasa, tak mudah namun beliau tak menyerah. Beliau berjuang demi menginginkan para perempuan memiliki hak yang sama dalam mengenyam pendidikan seperti halnya laki-laki. Tapi ada yang perlu digaris bawahi, emansipasi yang diperjuangkan R.A Kartini bukan untuk menggantikan posisi laki-laki atau agar laki-laki dan perempuan saling berkompetisi. Apa yang dilakukan beliau semata-mata agar perempuan mendapatkan kesempatan yang sama, kesempatan untuk pintar menulis, membaca, menjahit dan keterampilan lain yang menunjang kemampuannya. Kini kita semua telah menikmati hasil perjuangan R.A Kartini dimana perempuan bisa bebas mengenyam mendidikan setinggi-tingginya.



                            Perempuan dan Karir

Karir adalah sebuah kata dari bahasa Belanda, carriere adalah perkembangan dan kemajuan dalam pekerjaan seseorang. Ini juga bisa berarti jenjang dalam sebuah pekerjaan tertentu. Biasanya saat kita berbicara karir maka identik dengan gaji atau imbalan yang didapatkan. Sedangkan menurut saya saat kita berbicara karir maka bukan hanya tentang uang dan imbalan apalagi bagi perempuan. Setiap orang memiliki mimpi, memiliki potensi, karir yang ditekuni adalah sebuah bentuk ketertarikan pada sebuah pekerjaan dalam waktu yang panjang dan secara penuh. Menekuni karir adalah sebagai bentuk penyaluran potensi dan pengembangan diri, lebih dari itu ada bahagia yang tak bisa tergambarkan saat kita bisa menekuni sebuah pekerjaan yang kita senangi.


Perempuan dan Entrepreneur

Jika kita menelisik pada sejarah, ada seorang perempuan yang menjadi pebisnis ulung di zamannya yang berhasil melakukan ekspor impor komoditas internasional, beliau adalah Sayyidah Khadijah istri Rasulullah SAW. Jauh sebelum menikah dengan Rasul Sayyidah Khadijah telah menjadi pengusaha sukses, kafilah usahanya membentang dari negeri Yaman ke negeri Syiria. Beliau menjadi perempuan pertama yang membuka pintu bagi para perempuan untuk bisa berkecimpung di dunia bisnis. Sayyidah Khadijah tentu bukan perempuan yang tak berpendidikan, justru karena pendidikan dan kepandaiannya beliau mempu menjadi seorang business woman yang luar biasa pada zamannya. 

                         

Saat ini Khadijah – Khadijah itu mulai bermunculan, kini banyak perempuan yang memilih mengoptimalkan potensinya dalam dunia bisnis dan perdagangan. Menjadi entrepreneur memang menjadi satu karir yang banyak dipilih oleh perempuan dengan alasan mereka bisa berpenghasilan tanpa harus meninggalkan kewajiban utama di rumahnya. Kini sudah banyak sekali perempuan yang sukses menekuni bisnis menjadi seorang entrepreneur dari berbagai kalangan bahkan selebritis sekalipun.


Berbicara entrepreneur ini tentu bukan hanya tentang keuntungan yang didapatkan tapi ada karya-karya baru dari para perempuan Indonesia untuk Indonesia bahkan dunia, ada banyak lapangan pekerjaan yang terbuka darinya untuk mereka yang membutuhkannya. Sayyidah Khadijah bahkan dengan kesuksesan bisnisnya mampu menjadi penyokong jalannya dakwah islam pada masanya.


Perempuan dan Karirnya di Rumah

Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya bahwa berbicara karir bukan hanya tentang uang dan imbalan tapi tentang sebuah misi bagaimana bisa terus berdaya dan berkarya untuk bangsa meski karir itu ditekuni di rumah. Seorang perempuan meski ia tak bekerja di luaran sana ia tetap memiliki karir di rumahnya baik sebagai seorang istri ataupun seorang ibu, ‘Ibu Rumah Tangga’ status yang disandangnya. Status ini dimiliki oleh semua perempuan yang berkeluarga tak peduli apakah ia berpendidikan tinggi atau tidak semua memiliki kewajiban yang sama dirumahnya.  

Meski hanya di rumah karir yang satu ini tetap membutuhkan illmu yang mumpuni, karena tak mudah menyandang status yang satu ini. Iya, apalagi saat perempuan sudah menjadi seorang ibu perannya bertambah, tanggung jawabnya pun bertambah. Perannnya begitu penting dan sentaral di dalam keluarganya.


Seperti yang disampaikan oleh Kartini bahwa perempuan atau ibu memiliki peranan yang sangat penting. Ibu, darinya kita bisa belajar merasa, berfikir dan berkata dari ibulah manusia mendapatkan pendidikan yang pertama. Ini adalah bagian penting dan sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia. Kita pun sering mendengar sebuah syair arab yang berbunyi,


“Ibu adalah madrasah pertama, jika engkau mempersiapkannya maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik”.


Peran perempuan sebagai seorang ibu sungguh luar biasa bukan? Maka pendidikan tinggi bagi seorang perempuan bukan untuk sekedar gengsi atau untuk menyaingi laki-laki tapi jauh dari itu.  Seorang ibu bukan hanya tentang mengurus dapur, sumur atau kasur tapi ada anak-anak yang harus disiapkan bagaimana kecerdasan ilmu dan kecerdasan karakternya. Seorang ibu memiliki generasi-generasi yang harus disiapkan sejak dini agar menjadi generasi terbaik di zamannya.

Mendidik generasi terbaik itu tentu tidak mudah, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan salah satunya ilmu dan kesabaran. Meski seorang perempuan yang berpendidikan tinggi pada akhirnya harus tinggal di rumah maka tak ada yang sia-sia dengan pendidikan yang dicapainya, mengapa? Karena ada generasi yang mendapatkan ilmu berharga dari perempuan itu, ilmu yang mungkin tak akan ia dapatkan dari orang lain.  Ilmu ini bukan hanya tentang ilmu akademik tapi juga ilmu tentang akhlak, seseorang yang berpendidikan tinggi tentu mengerti bagaimana berucap, bagaimana bersikap, bagaimana berkahlak dimana ini semua akan ia tanamkan pada generasi-generasi penerusnya, pada anak-anak yang dilahirkannya. Disinilah pentingnya pendidikan bagi perempuan, karena pendidikannya bukan untuk dirinya sendiri tapi untuk anak-anak yang ia cintai.

 

Perempuan dan Perannya dalam Pembangunan

Kini kita sudah merasakan bagaimana hasil perjuangan R.A Kartini dalam pendidikan, perempuan tak lagi terhambat langkahnya dalam mencapai asa dan cita. Bahkan kini banyak perempuan ikut berkontribusi dalam memajukan pembangunan Indonesia. Saat ini tak sedikit profesi yang tak hanya melibatkan laki-laki tapi juga perempuan ikut berpartisipasi. Semua bidang terisi mulai dari bidang pendidikan (guru/dosen), bidang kesehatan (dokter/perawat), bidang sosial, hukum bahkan bidang keamanan yakni menjadi POLRI dan TNI. Di era kepemimpinan Joko Widodo- Jusuf Kala pada tahun 2014-2019 perempuan kian diberdayakan dengan ditetapkannya peraturan tentang kuota 30% untuk keterwakilan perempuan dalam bidang politik. Hal ini menjadi bukti bahwa perempuan memiliki tempat, kesempatan dan kemampuan untuk berkontribusi dalam berbagai bidang pembangunan. Perempuan bisa bebas berekspresi tanpa meninggalkan kewajiban dalam mendidik dan menyiapkan para generasi penerusnya, yakni sang buah hati di rumah.

 

       Menguatkan Peran Perempuan dengan Pendidikan

Dari beberapa uraian di atas jelas bahwa pendidikan memiliki porsi besar dalam penguatan peran perempuan. Baik itu peran di rumah, di luar rumah,tau  dimana pun perempuan berkarya dengan potensi yang dimilikinya. Pendidikan menjadi satu modal penting hidup, tak hanya untuk diri sendiri tapi juga untuk orang lain. Karena dengan pendidikan kita bisa memberikan manfaat bagi masyarakat dengan karya-karya hebat yang ditorehkan. Lewat pendidikan pula, perempuan yang mnyandang status ‘Ibu’ di rumahnya bisa mengoptimalkan bagaimana mengasuh,  mendidik  dan menyiapkan anak-anaknya untuk menjadi generasi terbaik di zamannya. Generasi-generasi itu yang kemudian akan melalangbuana, menciptakan sebuah karya untuk kemajuan bangsa Indonesia.

 


Educenter, Mall Edukasi untuk Generasi Terkini

Orang tua mana yang tak ingin memiliki anak-anak yang cerdas dan mempunyai berbagai keterampilan. Sebagai salah satu usaha yang dilakukan banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya ke tempat kursus atau bimbingan belajar. Bukan keputusan yang salah namun ada beberapa kendala yang dirasakan orang tua salah satunya waktu yang tersita apalagi tempat kursusnya berbeda-beda. Hal yang sama pun tentu dirasakan anak alih-alih melatih berbagai keterampilan tapi ia harus merasakan lelahnya tubuh saat mengikuti semua kursus itu alhasil belajar atau latihan pun menjadi tak optimal. Kondisi ini membuat para penggiat dalam bidang pendidikan mencoba memberi solusi dengan berbagai inovasi yang dilakukan, EduCenter namanya.

EduCenter? Kenalan Yuk!

EduCenter adalah sebuah mall edukasi pertama di Indonesia yang menyedikan berbagai sarana penunjang untuk anak dalam hal pendidikan. Konsep yang dimiliki EduCenter yaitu “one stop excellence of education”. Lokasi  yang  cukup strategis yaitu dikelilingi 45 institusi pendidikan dan 4 cluster perumahan elit di BSD menjadi satu pilihan yang tepat untuk para orang tua dalam melatih atau menggali potensi yang dimiliki anak-anaknya.

Penawaran Menarik dan Menyenangkan

Layaknya sebuah mall EduCenter memiliki banyak hal untuk ditawarkan seperti restoran, food court, taman bermain anak, dan tentunya tempat kursus terkemuka. Apple Tree Pre-School, UniSadhuGuna, Farabi Music School, Binary Kiddo, CMA Mental Arithmetic, Shane Learning Centre, Calculus, Flamingo Studio, Kumon, Wow Art Studio, Far East Education, adalah beberapa diantaranya. Konsep ini memudahkan para orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya ke tempat kursus dengan bidang yang berbeda, dalam satu tempat anak bisa mengikuti beberapa bidang yang disukainya. Hal ini pun memudahkan para orang tua untuk bisa mengawasi anak-anaknya serta menghemat waktu dan tenaga karena tidak perlu pergi kesana kemari lagi. Bahkan selepas kursus anak-anak bisa melepas lelah dengan taman bermain yang sudah tersedia disana. Luar biasa bukan? Konsep yang revolusioner dan terintegrasi, EduCenter memberikan nuansa yang menyenangkan bagi para generasi muda terkini untuk menikmati pengalaman belajar yang sempurna.

Kini tak perlu bingung lagi mencari tempat kursus untuk anak-anak kita, dalam satu tempat kita bisa mendapatkan berbagai manfaat.

 

#educenterid


0 komentar