Senja hari itu kunikmati dengan begitu indah, sembari kulihat dan kurasakan hembusan angin yang begitu syahdu. Pepohonan turut melambaikan tangan, bahkan mereka terdengar saling berbisik satu sama lain menghasilkan suara yang damai di pinggiran kota kecil tempat kelahiran. Jam sudah menunjukkan pukul 17.30 itu artinya 1 jam lagi dia akan datang bertamu ke rumahku setelah bertahun-tahun tak bertemu. Iya, hari itu menjadi satu hari yang kutunggu mengingat akan ada seorang laki-laki yang bertamu ke rumahku. Aku pun segera beranjak dari teras bersiap-siap untuk sholat maghrib dan setelah itu siap menyambut kedatangannya. Bagiku, kedatangannya adalah satu hal yang istimewa karena sebelumnya kita tak pernah berjumpa kecuali tak sengaja. Jam pun sudah menunjukkan pukul 18.30, aku dan orang tuaku sudah bersiap menanti sebuah langkah kaki seseorang yang akan datang untuk mengetuk pintu,
Namun 10, 20, 30 menit berlalu pintu rumahku tak kunjung diketuk, Hmm perasaanku sudah mulai tak menentu tapi sabar mungkin dia sedang dalam perjalanan, pikirku. Namun 30, 40 hingga 60 menit berlalu tak ada tanda-tanda langkah kaki itu terdengar hingga akhirnya aku pun "ngalenyap". Orang sunda pasti tau kan ya ngalenyap itu apa, yaa tidur sebentar saking ngantuknya. Saat ngalenyap itu aku bermimpi melihat ponselku berbunyi dan ada pesan masuk darinya, seketika aku terbangun dan segera melihat ponselku. Tapi nihil, aku tak mendapat pesan apapun darinya yaa namanya juga mimpi ya bukan nyata.
Mengapa tak dicoba diihubungi saja? Hmm... sayangnya yaliku terlalu kecil untuk sekedar bertanya posisinya dimana, takut dan malu bercampur menjadi satu sehingga aku tak berani bertanya apa-apa. Meski ada rasa kecewa tapi ya sudah mungkin memang dia sedang sibuk atu lupa hari ini mempunyai janji denganku. Karena aku tunggu higga jam 9 malam pun batangg hidungnya tak kunjung terlihat, maka aku memutuskan untuk istirahat saja karena besok aku harus bekerja.
Keesokan harinya
Jam 3 pagi aku terbangun dan segera melihat ponsel, berharap ada kabar baik darinya dan ternyata...
(20.30) Maaf aku ada meeting mendadak tadi malam jadi aku tak bisa datang ke rumahmu, tak mungkin aku datang malam-malam. Maaf ya, besok aku akan datang.
Sebuah pesan yang ku dapat darinya pesan permohonan maaf karena tak bisa datang tadi malam dan sebuah janji yang kembali dia buat untuk datang esok hari, pesan itu ia kirimkan pukul 20.30 tapi baru sampai pukul 3 pagi ke ponselku. Hmm...sedikit lega karena ternyata dia tak lupa hanya saja pekerjaan yang tak bisa ditinggalkan. Baiklah aku maafkan dan aku tunggu nanti malam.
Perasaanku masih sama harap-harap cemas menunggu kedatangannya, dag dig dug berharap ada yang datang mengetuk pintu. Namun aku kembali mendapatkan sebuah pesan tentang konfirmasi kedatangan.
(20.15) Maaf aku sedang sibuk malam ini jadi tak bisa datang lagi, besok ya aku usahakan.
Untuk kedua kalinya dia tak menepati janjinya karena sebuah alasan, lalu dia kembali berusaha membuat janji akan datang esok hari. Oke kita lihat saja apakah kali ini benar-benar datang atau ingkar lagi?
"Jika yang ketiga kalinya dia kembali ingkar terhadap janjinya maka tak perlu diharapkan lagi itu bagian dari sifat yang dimilikinya, untuk apa berharap sesuatu yang tak pasti". Ibuku berkata sembari marah dan kecewa.
Aku memang tak mengenalnya dengan baik bertemu pun mungkin hanya 2 kali itu pun tak sengaja, berkomunikasi pun tidak apalagi selepas dia bekerja. Tapi aku menaruh harapan dan percaya padanya, percaya penuh bahwa dia laki-laki yang baik.
Bersambung...
5 komentar
Wah penasaran sama lanjutannya, termasuk kejadian sebelum ini, kenapa bisa gini, dan awal pertemuan, ku tunggu tulisan selanjutnya Teteeeh.
BalasHapusSiap ditunggu yaa 😊
HapusCeritanya sangat menggugah. Ditunggu part selanjutnya.
BalasHapusMenarik banget, buat penasaran. apalagi kutipan tentang ingkar janji sangat jleb.
BalasHapusPengingkaran sebuah janji bukan untuk dimaklumi apalagi berulang kali, iya kan? Hhe
Hapus