Iya, aku`percaya penuh bahwa dia adalah laki-laki yang baik. Mungkin terdengar lucu, percaya pada laki-laki yang bahkan bertemu pun hanya beberapa kali dan itu adalah pertemuan tanpa kesengajaan. Tapi memang bukankah kita diharuskan untuk terus berbaik sangka? Meski kenal pun belum lama? Ah.. itu hanya alibiku saja. Hari itu kembali kutunggu kedatangannya meski tak terlalu berharap seperti sebelumnya, ya syukurlah jika dia datang kalaupun tidak oke tak apa. Benar saja hingga malam aku menunggu tapi sayang tak juga terdengar langkah kaki atau suara tangan mengetuk pintu, tak kulihat juga batang hidungnya malam itu, sosoknya benar-benar tak muncul hari itu. Bahkan tak ada telepon berdering atau pesan yang masuk ke handphoneku dan setelah itu dia menghilang tanpa kabar (lagi).
Ibuku benar-benar kecewa, ibuku merasa putrinya dipermainkan dan pupus sudah satu harapan besar yang selama ini kusimpan. Bukanlah perkara mudah menyimpan rasa selama 7 tahun lamanya, namun bukan perkara mudah pula jika tiba-tiba aku harus segera membuang rasa yang telah ada. Tujuh tahun bukanlah waktu yang sebentar, bertahun-tahun aku menyimpaan rasa dan harapan hingga aku tak menoleh pada siapapun yang hendak menggantikan rasa padanya. Mungkin banyak yang bertanya mengapa begitu setia ? Karena yang kutau dia tak benar-benar pergi, dia timbul tenggelam, hilang lalu muncul kembali dan itu entah sudah berapa kali. Dia memang tak pernah menyatakan suka apalagi cinta kecuali saat awal-awal kenal dulu, tapi aku merasa dia masih menaruh rasa.
Dia selalu datang dengan penuh perhatian, ceria dan bahagia meski hanya lewat suara. Begitu lepas dia bercerita hingga tentang keluarganya tak ada satupun disembunyikannya. Bagaimana aku tak merasa bahwa dia tak menyimpan rasa yang sama? Meski setelah itu dia pergi kembali entah kemana apakah karena kesibukan atau yang lainnya, lagi-lagi aku selalu berusaha berbaik sangka. Ya, mungkin aku yang terlalu polos atau terlalu bodoh karena terlalu percaya padanya, pada laki-laki yang bertemu saja baru beberapa kali, yang berbicara saja hanya lewat pesan singkat atau lewat panggilan suara. Ibuku sudah menutup pintu rapat-rapat untuknya meski tak pernah bertemu sebelumnya, namun janji yang berulang kali diingkari sudah cukup menjadi bukti bahwa dia bukan laki-laki sejati.
Aku tak bisa berbuat apa-apa mungkin dia hanya hadir untuk menyapa saja bukan memberikan hati dan cintanya. Selepas itu aku bertekad untuk melupakan dan tak menaruh harapan (lagi) padanya, jodoh itu memang pilihan tapi mungkin bukan dia yang Allah pilihkan. Meski berat rasanya tak mudah menghilangkan rasa begitu saja, ya tak mudah. Tapi aku harus sadar bahwa tak semua rasa perlu dibalas dengan rasa yang sama, tak mesti semua keinginan harus kita miliki, aku harus menerima jika rasa yang kusimpan lama bertepuk sebelah tangan dan tak bertahan lama.
Ya Allah, jika memang rasa ini salah dan jatuh pada orang yang salah maka hadirkan rasa yang sama pada orang yang tepat. Jika memang dia bukan pilihanMu maka tunjukkan sesuatu agar aku yakin bahwa Engkau tak memilih dia untukku.
Satu doa yang kulantunkan, do'a yang terkesan masih menaruh harapan dan memaksa meminta pembuktian secara nyata bahwa dia bukan pilihan.
“Berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu". (Qs.Ghafir :60).
Pernah mendengar ayat di atas? Bagi seorang muslim tentu tak asing dan ayat di atas sebagai salah satu bentuk keyakinan kita sebagai hambaNya. Percaya atau tidak tapi selang beberapa hari setelah aku meminta dan berdoa, Allah betul-betul menunjukkan sesuatu padaku.
Suatu hari aku pergi bersama salah satu sahabat untuk sekedar melepas penat dan kegalauan karena pengingkaran sebuah janji. Kami datang ke sebuah mall untuk makan di sana, sembari makan kami bercerita tentang pekerjaan, rencana masa depan termasuk tentang si dia yang membuatku menaruh harapan,
Dua jam rasanya masih tak cukup untuk bertemu, bercengkrama apalagi bergosip ria, namun waktu sudah meminta kami pulang ke rumah menunaikan hak dan kewajiban disana. Tapi saat hendak pulang tiba-tiba aku melihat seseorang yang rasanya aku kenal dengannya, kulihat dengan seksama ternyata ah dia laki-laki yang berulang kali membuat janji tapi diingkari. Kulihat lagi dengan baik, benar tak salah dia orangnya! Lalu kulihat seseorang disampingnya, sesak rasanya aku melihat dia dengan seorang perempuan. Lalu apa yang ku lakukan? Apakah datang menhampirinya, memarahinya, menampar atau melabarak perempuan disampingnya seperti di sinetron? Tidak! Karena aku sadar aku bukan siapa-siapanya, sekalipun aku memiliki hubungan dengannya tak mungkin melakukan hal yang mempermalukan diri dan orang lain sepetti itu. Lalu? Aku biarkan saja.
Saya dan sahabat saya bukanlah anak sultan yang kemana-mana memakai mobil dengan harga milyaran bukan pula anak pengusaha yang diantar supir kemana-mana, Kami juga diantar supir sih tapi supir sementara yang dibayar melalui apliaksi jasa transportasi online masa kini. Saat kami henadak menunggu jemputan tranportasi online, aku melihat dia bersama perempuan itu pulang mengendarai motor mahal berboncengan, kulihat dia dari kejauhan lalu melaju mendekat semakin dekat tapi sayang hanya sekedar lewat. Nyaliku terlalu kecil untuk sekedar menyapanya, hingga akhirnya dia pergi begitu saja dan hilang dalam pandangan mata. Sesak rasanya melihat satu pemandangan tak disangka-sangka, tapi bukankah sebelumnya aku berdoa meminta ditunjukkan sesuatu sebagai bukti nyata bahwa dia bukan pilihan dariNya? Mungkin inilah jawabannya, jelas.
(17.00) Kamu apa kabar ? Ada waktu luang ngga?
Aku baik, kenapa memang?
(17.06) Ketemu yuk! Aku mau ajak kamu makan
Kapan?
(17.10) Sekarang, bisa ya! Yuk!
Aku berpikir sejenak, sejujurnya ada sedikit rasa senang dan penasaran. Tapi aku berpikir kembali dia maunya apa sih? Sebentar-sebentar datang sebentar-sebentar hilang, Tiba-tiba kasih perhatian, tiba-tiba bilang mau datang ke rumah tapi ingkar janji, sekarang tiba-tiba ngajak ketemu lagi. Ya Allah godaan apalagi ini?